Sweet Potato Latte and Raspberry Cheesecake

Sweet Potato Latte and Raspberry Cheesecake_

by Cherry Hee

“Kau mau ke mana sih, Kyu?”  Hwang Sae-Ra masih mengekorinya.  Bibir yang kecil dan tipis itu entah kenapa semakin cerewet saja. Kyu-Hyun pun hanya mendesah, malas bersuara.

Membiarkan kakinya yang menjawab dengan terus melangkah melewati baris rak-rak berisi perabotan rumah tangga. Tubuhnya yang jangkung membuat kepalanya mudah untuk mengintip dari balik rak-rak itu kalau-kalau benda yang dicarinya ada di sana.

“Kenapa kita ke sini? Alat-alat makan? Kau mau membeli apa? Sudah kubilang kado terbaik adalah boneka atau gadis semacam dia lebih suka parfum mahal atau eum.. baju─”

“Ini.” Sae-Ra terdiam begitu Kyu-Hyun memungut sebuah mug di salah satu rak.

Mug? Kau mau membelikannya mug?” Kyu-Hyun mendapati teman perempuannya itu mendelik tidak percaya. Mungkin baru sadar kalau dirinya ini seorang pemuda yang cukup pandai.

“Aku sudah bilang tadi, aku ingin membelikannya sesuatu yang bisa ia gunakan setiap hari. Sesuatu yang menyambutnya tiap pagi dan itu mengingatkannya padaku,” jelas Kyu-Hyun sambil menimang sebuah mug putih bergambar Menara Eiffel. Ada bunga-bunga kecil merah muda mengitari sisinya.

“Manis sekali!” puji Sae-Ra namun sarat nada mengejek.

“Tapi yang ini lebih imut!” Sae-Ra memekik lalu meraih dua mug masing-masing bergambar Mr. Bear dan Mrs. Bear. Sama persis dengan hoodie yang dipakainya.

“Sae-Ra, aku mau menghadiahi mug pada seorang wanita yang anggun dan cantik. Bukan pada gadis kecil kekanakan sepertimu.”

Sae-Ra berdecih kecil, bibirnya sedikit maju. Berat hati ia kembalikan mug itu pada tempatnya lagi.

“Yah, seleramu tidak buruk juga. Paris artinya romantis, begitu kan?”

Setelah Kyu-Hyun yakin kalau benda yang dipegangnya adalah hadiah terbaik yang dapat ia berikan pada gadis idamannya, ia lalu menuju kasir dengan Sae-Ra masih mengoceh di belakangnya.

Pikirannya agak menerawang pada apa yang akan gadis itu ekspresikan saat menerima hadiah ini darinya. Berharap gadis yang telah menambat hatinya sejak masuk di bangku pertama sekolah menengah atas itu suka. Tidak lupa dengan pernyataan cinta yang niatnya ia selipkan dikadonya nanti. Semoga gadis itu menerimanya.

Diantara banyak doa-doa Kyu-Hyun, tiba-tiba hatinya terselip perasaan tak enak. Bukan karena suara berisik di sampingnya, tapi lebih ke orang yang membuat suara bising itu.

Hwang Sae-Ra.

 

“Kau ingin langsung pulang Kyu?”

Sae-Ra mendongak, memandang wajah Kyu-Hyun yang masih tanpa ekspresinya. Sepertinya lelaki itu tidak berada di-mood yang baik dan payahnya Sae-Ra baru menyadari ini setelah mereka berjalan di mall itu selama lebih dari satu jam.

“Bukannya sejak tadi kau mengeluh lelah. Ayo pulang.”

Kyu-Hyun melanjutkan langkahnya dan tidak mendapati gadis itu menolak lagi. Baguslah, dia hanya ingin cepat-cepat tidur dan melepas kekalutannya. Tapi setelah langkah ke lima Kyu-Hyun merasa aneh juga tidak mendengar suara gadis itu,. Jadi ia menoleh ke belakang, mungkin saja gadis itu sudah hilang diculik orang.

Tapi ternyata Hwang Sae-Ra masih di sana. Berdiri mematung di depan sebuah kafe di sudut mall yang tadi mereka lewati. Kyu-Hyun mendekat, bermaksud menarik gadis itu untuk berjalan kembali.

“Kyu.” Gadis itu bercicit kecil ketika tangan Kyu-Hyun menarik lengannya.

“Eum?”

“Sebagai ucapan terima kasih karena aku sudah mengantarmu membelikan kado untuk gadis itu, kau bisa membelikan aku segelas Sweet Potato Latte.” Sae-Ra mendongak, memperlihatkan wajah merajuknya.

Kyu-Hyun belum sempat membuka mulut untuk protes, Sae-Ra sudah menyeretnya masuk ke dalam kafe kecil itu.

“Aku pesan Sweet Potato Latte dan Raspberry Cheesecake,” sahut Sae-Ra begitu seorang pelayan datang dan menanyai mereka.

“Oh, dan masing-masing dua ya.”

“Baik Nona.” Pelayan itu segera mencatatnya.

“Masing-masing dua?” Kyu-Hyun kembali bersuara setelah pelayan itu berlalu pergi.

“Bukannya kau selalu mengikuti apa yang kupesan, huh?” Gadis itu menyamankan duduknya lalu meletakkan sikunya ke atas meja. Menumpukkan dagu pada punggung tangannya kemudian bersenandung kecil. Matanya menatapi kuncup-kuncup daun yang mulai terlihat di awal musim semi. Tak mengindahkan tatapan tak berselera dari Kyu-Hyun.

“Kenapa? Kau ada masalah?”

“Eum?”

Sae-Ra menoleh ke arahnya dan kini giliran Kyu-Hyun yang memalingkan wajah. Merasa tak enak tiap kali gadis itu bisa membaca suasana hatinya.

“Kau seperti orang yang banyak masalah,” Sae-Ra terkikik melihat dahi Kyu-Hyun yang berkerut dengan mata menyipit. “Apa ini ada hubungannya dengan Jae-In?”

Jae-In, gadis yang sekarang memikat hatinya. Ya, seharusnya nama itu yang sekarang mengganggu pikirannya seperti kemarin-kemarin, tapi entah mengapa sekarang ada nama lain yang sedang memenuhi pikirannya.

“Ada apa?” Kening Sae-Ra berkerut. Wajah dingin Kyu-Hyun tampak sedikit gugup di depannya.

“Sebenarnya aku ingin mengatakan ini dari tadi.”

“Ya?” Sae-Ra berjingkat kecil, cukup antusias.

“Hari di mana Jae-In ulang tahun, itu sama dengan hari kita janji untuk menonton film bersama.”

Mendengarnya, bahu Sae-Ra turun. Senyum yang sejak tadi ditahannya turut menghilang. “Oh.” Dan hanya jawaban itu yang ia berikan.

Kyu-Hyun sadar betapa temannya satu ini ingin sekali menonton film bersama dengannya. Semenjak Kyu-Hyun masuk ke klub sepak bola tahun ini mereka hampir tidak punya waktu untuk keluar bersama. Hari ini pun sebenarnya Kyu-Hyun masih punya jadwal latihan, tapi demi mencarikan hadiah istimewa untuk Jae-In, ia menyempatkan waktu untuk keluar. Dan dikesempatan ini pula Kyu-Hyun mengajak teman gadisnya itu untuk ikut pergi bersamanya.

“Aku sungguh minta maaf,” lirih Kyu-Hyun, merasa bersalah.

“Tak apa. Aku tahu hari itu sangat istimewa. Kau akan mengungkapkan isi hatimu padanya. Dan itu jauh lebih penting dari pada jalan-jalan denganku.”

“Jangan seperti itu. Kau membuatku sedih,” sela Kyu-Hyun cepat.

Mereka terdiam sejenak saat pelayan berseragam hitam-putih itu kembali dengan senampan pesanan mereka. Dan tepat ketika pelayan itu pergi senyum Sae-Ra kembali mengembang. Dua bola matanya terlihat berbinar melihat sepotong Raspberry Cheesecake idamannya telah datang.

“Selamat makan!”

Seperti tidak terjadi apa-apa, Sae-Ra menelan sesendok penuh cake manis itu ke dalam mulutnya. Betapa Sae-Ra bisa mengubah suasana hatinya dengan cepat hanya dengan sepotong Rasberry Cheesecake. Sejujurnya Kyu-Hyun agak iri pada gadis itu.

“Kau tidak memakan cake-mu?” Sae-Ra akhirnya mendongak. Baru menyadari bahwa Kyu-Hyun sama sekali tidak menyentuh sendoknya sejak tadi.

“Malas.”

“Hey!” Sae-Ra berdecih tidak senang.

“Tidak apa-apa, sungguh. Aku tidak marah padamu hanya karena itu. Aku masih berani untuk pergi sendiri, santai saja.” Sae-Ra mengibaskan tangannya yang masih memegang sendok. Mulutnya penuh ketika ia kembali berujar, “Ayo makan.”

“Tidak. Aku tidak suka makanan manis, kau tahu kan?”

“Kau tidak suka karena kau tidak pernah mencobanya. Ayolah.” Sae-Ra segera menyendokkan cake itu lalu menjulurkan suapannya ke mulut Kyu-Hyun.

“Satu gigitan kecil dan kau tak akan menyesalinya.”

“Sae-Ra, aku tidak suka keju!” Kyu-Hyun mengerang. Lama-lama ia terlihat seperti anak kecil yang dipaksa makan oleh ibunya.

“Satu sendok saja Kyu.” Dan Sae-Ra masih dengan keras kepalanya. Sekeras kepala ia yang masih mengatup bibir rapat-rapat.

“Kau ini!” Sae-Ra hendak beranjak agar lebih mendekat ulurannya ke mulut Kyu-Hyun namun tiba-tiba gerakannya terhenti. Suara benda keramik terjatuh membekukan persendiannya.

Kedua mata mereka sama-sama melirik pada benda yang terjatuh itu. Cepat-cepat Kyu-Hyun mengambilnya lalu membuka pembungkusnya. Mug yang dibelinya pecah.

“Ya ampun! Maafkan aku Kyu.” Sae-Ra yang sejak tadi membeku akhirnya kembali terduduk lemas. Raut wajahnya sarat rasa bersalah.

“Aku.. sungguh.. bukan.”

“Aku tahu. Tidak apa-apa.” Kyu-Hyun menarik napas dalam sebelum melepas senyum kecil. Senyum yang sejak tadi tidak diperlihatkannya pada Sae-Ra.

“Lagi pula aku sudah memutuskan sesuatu.”

Sae-Ra mengerjap pelan. Menanti-nanti ide apa lagi yang Kyu-Hyun dapat untuk gadis pujaan temannya itu.

“Minggu depan, ayo menonton film bersamaku.”

Nada suara Kyu-Hyun masih sama datar tapi itu sudah cukup untuk membuat mulut Sae-Ra terbuka lebar. “Huh?”

“Kupikir jika aku kencan dengan gadis itu, kau akan terlihat lebih menyedihkan dari pada sekarang.”

Sae-Ra menyipitkan matanya, menyadari gelagat tak enak dari lelaki itu. Kyu-Hyun akan mengejeknya sebentar lagi.

“Lihat kau jorok sekali.”

Nah, benarkan.

Tapi saat tangan Kyu-Hyun terulur, mengusap pelan potongan cake di sudut bibirnya, Sae-Ra berjengit tanpa melawan.

“Jadi kau tak jadi mengungkapkan perasaanmu? Atau kau akan mengatakannya dilain waktu?” Sae-Ra bersuara setelah hening beberapa detik yang menegangkan.

“Eum….” Kyu-Hyun mengerucutkan bibir dengan dahi mengerut, terlihat pura-pura berpikir. “Aku akan mengatakannya setelah kau punya pacar saja.”

“Apa?!”

“Sudahlah. Tak masalah. Lagi pula aku malas bersitegang dengan Choi Si-Won setiap hari. Biarkan saja ia yang mendapatkan Jae-In.”

Sae-Ra mengerut dahi. Jujur saja Choi Si-Won bukan lawan yang sebanding untuk Kyu-Hyun. Choi lebih sempurna dengan wajah idaman semua orang dan kelimpahan harta yang dipunyainya. Kyu-Hyun bukan apa-apa. Tapi tetap saja mendengar pernyataan menyerah─setelah ia mati-matian mengejar gadis itu selama satu tahun ─dari Kyu-Hyun terlihat agak aneh.

“Aku tidak percaya kau menyerah Kyu.” Sae-Ra menyedot bersih Potato Lattenya lalu kembali melirik pada temannya.

Kyu-Hyun tampak mengangkat bahu, tak acuh.

“Sebenarnya sudah lama aku ingin menyerah, tapi kau selalu menyemangatiku. Kupikir aku bisa bertahan dan mendapatkan Jae-In seperti yang kau angin-anginkan padaku. Tapi lama-lama aku merasa lelah juga.”

“Apa? Lelah?!” Sae-Ra ingin menyembur wajah sok polos Kyu-Hyun, tapi urung karena Potato Lattenya telah habis sekarang.

Kyu-Hyun terkekeh sebentar. “Sudahlah jangan banyak tanya atau aku tarik ajakan menonton film bersama─”

“Oke oke. Aku hanya takut suatu hari kau juga akan mengatakan itu padaku.”

“Apa?”

“Aku takut suatu hari nanti kau lelah menjadi temanku.”

Bibir Kyu-Hyun melengkung, tak menjawab.

Sebenarnya ia juga takut. Takut suatu hari nanti bukan lagi Jae-In yang ada di hatinya. Tapi dia, Hwang Sae-Ra.

 

***

Such a beautiful title, isnt it? kkkk

-_-

18 thoughts on “Sweet Potato Latte and Raspberry Cheesecake

  1. Ini kali pertama aku baca cerita bertema ‘sahabat tapi cinta(?)’ yang cantik. Sebelum-sebelum ini, kebanyakan cerita yang bertema sama lebih sering menonjolkan narasi perasaan dari dua tokoh yang diangkat, bukan proses bagaimana perasaan mereka tumbuh dalam bentuk konkrit. Jadi keinget satu tips menulis yang bilang, “show, dont tell.” dan cerita ini adalah contohnya. Di sini aku juga dapet pembelajaran implisit, kalo cerita sedih atau romantis nggak harus pakai diksi mendayu-dayu, dan hasilnya justru lebih ngena.

    Keren, Cher. Butuh belajar dari tulisan-tulisanmu, setelah ini. 🙂

    1. Jangan bicara setinggi itu DIhyan. *sembunyi malu2*
      Aku sendiri tidak sadar kalau tulisanku sebegitu kerennya dideskripsi kamu itu hahaha.. aku cuma nulis dan hasilnya ini. Tanpa mikir ini akan beda dari yang lain
      Kurasa aku yang harus belajar dari km deh
      😉

  2. manis banget ceritanya semanis judulnya,,,, sahabat jadi cinta nih,,, roman2nya… heheheheh
    kyu baikk banget lebih mentingin persahabatannya dari pada dateng ke pesta cewek yang dia sukai,,,, ^^

  3. Nggak ada kata-kata ribet yang bikin pusing. Tapi ceritanya nempel di hati. Pinter banget sih nulisnya. Aku suka tulisan-tulisan yang nggak pake banyak diksi tapi tetep keren kayak gini. ^^

  4. Aah aku baru komen, padahal udah baca lama -,- kekeke
    ini si Kyuhyun baru menyadari perasaannya ya? Ciee mas Kyu, cie

Leave a reply to cherryelf Cancel reply